Keluarga besar SDN 17 Pane Kota Bima mengikuti Festival Rimpu Kota Bima

Keluarga besar SDN 17 Pane Kota Bima ikut berpartisipasi memeriahkan pawai budaya memperingati Hari Kemerdekaan Ke-77 RI yang diselenggarakan oleh Pemkot. Sabtu, (27/8/22).

Para peserta star dari Lapangan Pahlawan Raba dengan mengenakan Rimpu yang merupakan sebuah budaya Tradisional dalam dimensi busana masyarakat Kota/Kabupaten Bima.

Selain dari Lapangan Pahlawan Raba, peserta pawai lainnya juga star dari Lapangan Merdeka Kota Bima, yang kemudian sama-sama finis di depan Kantor Walikota.

rimpu merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima . Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima menerima islam yang dibawa oleh orang-orang Sulawesi melalu hubungan antara kerajaan Bima dengan Goa. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam).


Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima-Dompu yang menggunakan sarung khas Bima-Dompu. Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”Katente Tembe” (menggulungkan sarung di pinggang). Sarung yang dipakai ini dalam kalangan masyarakat Bima-Dompu dikenal sebagai Tembe Nggoli dan Tembe Songke (Sarung Songket). Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima-Dompu yang dikenal dengan muna. Sementara sarung songket memiliki beberapa motif yang indah. Motif-motif sarung songket tersebut meliputi nggusu waru (bunga bersudut delapan), weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkih), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai), sarung nggoli (yang bahan bakunya memakai benang rayon).

Kepala SDN 17 Pane Kota Bima mengaku senang dan bangga dapat ikut serta memeriahkan pawai budaya tersebut. Menurutnya kegiatan seperti ini selain dapat melestarikan budaya daerah Bima, juga dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat setempat. Pasalnya saat pawai digelar, banyak para penjual yang menawarkan berbagai jenis jajanan maupun produk lokal sehingga hal tersebut tentu saja dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Pada pawai budaya kali ini para peserta juga menampilkan berbagai atraksi kesenian daerah Bima seperti hadrah, ndiri rawa mbojo, kareku kandei dan berbagai kesenian daerah Bima lainnya. (Lutfin pjok).